Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau
memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimpin yang
efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya
kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas.
Kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai cara
yang digunakan oleh seseorang dalam peranannya sebagai pemimpin. Seorang
pemimpin memiliki karakteristik atau gaya tertentu dalam menjalankan
kepemimpinannya, salah satu gaya yang hampir banyak dikenal adalah gaya
kepemimpinan transformasional. Dalam artikel ini, saya akan mengupas tentang
gaya kepemimpinan transformasional serta sekilas review jurnal asing dengan tema yang sama.
Menurut Burns (1978:20) kepemimpinan
transformasional mencakup dua unsur yang bersifat hakiki, yaitu “relasional”
dan “berurusan dengan perubahan riil”. Kepemimpinan transformasional terjadi
ketika seorang (atau lebih) berhubungan dengan orang-orang lain sedemikian rupa
sehingga para pemimpin dan pengikut saling mengangkat diri untuk sampai kepada
tingkat-tingkat motivasi dan moralitas yang lebih tinggi. (m.kompasiana.com/indrapraja/kepemimpinan-transformasional-transformational-leadership)
Hasil penelitian Fatima Bushra, et al (2011) dari Hailey College of
Commerce University of the Punjab Lahore Pakistan menemukan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional memberi pengaruh positif pada kepuasan kerja dan komitmen
karyawan dalam organisasi. Apabila karyawan merasa puas dengan pekerjaannya
maka mereka akan memberi performansi terbaik untuk dapat mengarahkan organisasi
pada kesuksesan. Karyawan yang bekerja pada pemimpin transformasional memiliki
tingkat kepuasan kerja yang sangat tinggi.
“….Transformational
leadership brings 42% change in overall job satisfaction….”.
Bushra, dkk juga mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara gaya
kepemimpinan transformasional dengan komitmen karyawan.
“...Transformational leadership
brings 16% change in organizational commitment which exhibits a positive and
moderate relationship between transformational leadership and organizational
commitment…. The study found that if managers encourage employees’ innovative
thinking, spends time to teach and coach them, consider their personal feelings
before implementing a decision, helps them to develop their strengths, it will
increase the level of emotional attachment that workers have with their
organizations. Employees will feel pride to be a part of it, find similarity
between their own values and organization values, and ready to accept any type
of job assignment for the smooth running of organization…”
Berdasarkan
hasil review saya penelitian Busrha, dkk dapat didukung oleh hasil penelitian
lainnya dari Assoc. Prof. Dr. Gholamreza Jandaghi, et
al (2009) yang diexpose melalui jurnal ilmiah mereka. Hasil yang disebutkan
adalah sebagai berikut;
“…transformational leadership
aspects in successful companies is further than less successful companies and
the leadership style in successful companies is more based on transformational
leadership.”
Beberapa pendapat diatas apabila saya simpulkan
secara subjektif, maka akan memberikan pernyataan seperti ini; Gaya
kepemimpinan transformasional merupakan salah satu cara yang digunakan seorang
pimpinan dalam memotivasi ataupun mempersuasi followernya untuk membangun satu misi mencapai tujuan organisasi
atau perusahaan. Gaya kepemimpinan ini saya anggap cukup bijak dan efektif,
karena pemimpin yang memiliki kharisma atau berbagai kompetensi dituntut mampu
memperkuat followernya melalui
berbagai motivasi atau kompensasi lain dan
program pengembangan serta pelatihan, yang mana hal tersebut dapat
menciptakan keterikatan emosional (loyalitas) dan rasa bangga follower.
Gaya kepemimpinan transformasional ini pun telah menjadi gaya kepemimpinan yang
ditanamkan pada beberapa perusahaan-perusahaan sukses yang disebutkan dalam
jurnal “Comparing
Transformational Leadership in Successful and Unsuccessful Companies” milik Assoc. Prof. Dr. Gholamreza Jandaghi,
et al (University of Tehran). So, how about our self? Our organization? Or
our companies?
Best
Regard,
Paula A.
M. Bhoki